Langsung ke konten utama

Sekilas mengenai Seminar Nasional Farmasi 2012

Dewasa ini penguasaan soft skills banyak dibicarakan oleh kalangan akademisi dan praktisi. Soft skills sebagai modal penting dalam meraih kesuksesan merupakan fakta yang sudah diteliti dan diterima oleh masyarakat dunia.

Soft skills, apa dan seberapa pentingkah itu? Soft skills tidak lain adalah keterampilan seseorang dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Peningkatan soft skills erat hubungannya dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia mengingat persaingan dalam dunia kerja yang semakin ketat dan meningkat lingkupnya. Mau tidak mau SDM Indonesia dituntut berusaha lebih keras dengan telah disepakatinya berbagai perjanjian multi-lateral oleh pemerintah kita, Salah satunya ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement) yang resmi dimulai 1 Januari 2010. Ini merupakan perjanjian perdagangan bebas kedua yang dijalankan oleh Indonesia setelah ASEAN Free Trade Zone (AFTA) di awal tahun 2000-an. Pada tanggal 28 Februari 2009 lalu pemerintah melalui Menteri Perdagangan bersama sejumlah menteri Perdagangan ASEAN, Australia dan New Zaeland juga telah menandatangani persetujuan perdagangan bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru, atau AANZ-FTA (Asean, Australia, New ZealandFree Trade Area), yakni perjanjian kerjasama untuk melakukan perdagangan bebas di antara negara-negara tersebut.
Bagaimana dampaknya? Perdagangan bebas membuat produk dari luar negeri baik berupa material maupun non-material yang tidak lain adalah tenaga kerja dalam berbagai profesi mudah memasuki pasar Indonesia dan bersaing dengan SDM dalam negeri. Siapapun pasti setuju jika kita perlu persiapan yang ‘lebih’ untuk menghadapi persaingan ini jika tidak ingin tersingkir, utamanya dengan peningkatan mutu SDM melalui soft skill.     
 Pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan mendasar bagi masyarakat dari seluruh aspek sosial juga memerlukan soft skills dalam mencapai keberhasilan terapi. Ketersediaan layanan dasar ini tak luput dari peranan semua stakeholders kesehatan, termasuk di dalamnya tenaga kefarmasian (farmasis). Paradigma baru kini mulai dirintis dalam praktek tenaga kefarmasian. Untuk dapat bertahan dan unggul dalam pelayanan kesehatan, seorang farmasis harus mengubah ‘gaya’ dari hanya dispensing obat menjadi pelayanan ke arah kefarmasian yang berorientasi pada kepentingan pasien (patient oriented). Pengetahuan, kemampuan dan pengalaman seorang farmasis harus mampu diekspresikan menjadi bentuk komunikasi yang informatif, edukatif, dan interaktif.
Konsep yang kini tengah dikedepankan dalam pelayanan kefarmasian adalahPharmaceutical Care, yaitu pelayanan farmasi yang mengupayakan tercapainya hasil terapi yang optimal dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam mewujudkan konsep ini, jelas kemampuan berkomunikasi baik dengan pasien maupun tenaga medis lainnya dengan membangun jalinan kemitraan menjadi titik kritis yang perlu dipelajari dan dikuasai farmasis. Tak jarang, kesalahan maupun ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan pasien dan membangun kemitraan dengan tenaga medis lainnya menghambat tercapainya pelayanan kesehatan yang tepat sasaran, efisien waktu dan tentunya menguntungkan pasien. Tentunya hal ini berdampak pada citra pelayanan itu sendiri.
Lalu, jika kita tertarik mempelajari kemampuan berkomunikasi itu kita harus kemana? Sangat disadari bahwa soft skills termasuk kemampuan berkomunikasi tidak melulu diperoleh di bangku pendidikan formal, namun juga bisa melalui kegiatan pendidikan non-formal semisal seminar, diskusi ilmiah, atau workshop. Kegiatan seminar bisa menjadi bentuk lain dari penyajian materi yang lebih menarik dan inovatif, juga lebih memancing interaksi antara peserta dan penyaji. Untuk itu, Jurusan Farmasi Universitas Udayana sebagai lembaga pendidikan kefarmasian di universitas terbesar yang ada di Bali menyelenggarakan kegiatan seminar yang mengangkat tema “Pharmacist’s Communication Skills Dalam Penerapannya pada Patient Oriented”. Seminar nasional ini akan dibuka untuk mahasiswa khususnya mahasiswa farmasi dan praktisi dalam bidang farmasi. Mengedepankan isu peningkatan communication skills sebagai tonggak terwujudnya layanan berbasis patient oriented, tujuan dari kegiatan ini jelas untuk menambah wawasan dan keterampilan berkomunikasi para farmasis maupun calon farmasis dalam mewujudkan reformasi kesehatan khususnya bidang farmasi demi tercapainya penghargaan yang layak terhadap komitmen farmasis dalam memperjuangkan keselamatan pasien.




[English Version]
           Today the mastery of soft skills much discussed by academics and practitioners. Soft skills as       
      important in the success of capital is a fact that has been researched and accepted by the world 
      community.

Soft skills, what and how important is it? Soft skills are the skills of someone to interact or relate with others. Increased soft skills are closely related in improving the quality of Indonesian human resources given the competition in an increasingly tight world of work and increasing in scope. Inevitably HR Indonesia is required to try harder to have agreed a multi-lateral treaties by our government, One ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement), which officially begins January 1, 2010. This is the second free trade agreement which is run by Indonesia after the ASEAN Free Trade Zone (AFTA) in the early 2000's. On 28 February 2009 the government through the Ministry of Trade together with a number of trade ministers of ASEAN, Australia and New Zaeland has also signed free trade agreements of ASEAN-Australia-New Zealand, or AANZ-FTA (ASEAN, Australia, New Zealand Free Trade Area), namely cooperative agreement to conduct free trade among those countries.
How is the impact? Free trade makes products from abroad either in the form of material and non-material which is the labor in the various professions is easy to enter the Indonesian market and compete with domestic human resources. Anyone would agree if we need to prepare a 'more' to cope with this competition if you do not want eliminated, mainly by improving the quality of human resources through the soft skills.
Health care as a fundamental requirement for people of all social aspects also need soft skills in achieving success of therapy. The availability of basic services are not spared from the role of all healthcare stakeholders, including pharmacy staff (pharmacists). The new paradigm is now initiated in the practice of pharmacy personnel. To be able to survive and excellent in the health service, a pharmacist must change the 'style' of simply dispensing medication into pharmacy services oriented toward the interests of the patient (patient oriented). Knowledge, skills and experience of a pharmacist should be able to express a form of communication that is informative, educational, and interactive.
The concept is now being put forward in the service of pharmacy is Pharmaceutical Care, the pharmacy services that promote the achievement of optimal outcomes in improving the quality of life of patients. In realizing this concept, clearly the ability to communicate well with patients and other medical personnel to build a partnership becomes a critical point that needs to be studied and mastered by pharmacists. Not infrequently, errors or the inability to communicate with patients and building partnerships with other medical personnel hamper the achievement of health services that are objective, time efficient and certainly patient benefit. Of course this affects the image of the service itself.
Then, if we are interested in studying the ability to communicate that we should be where? It is well known that the soft skills including the ability to communicate not only formal education acquired at the bench, but also through non-formal education activities such as seminars, scientific discussion, or workshop. Seminars could be another form of presentation of the material more interesting and innovative, also more fishing interaction between participants and renderer. To that end, the Department of Pharmacy, University of Udayana as an educational institution at the university's largest pharmacy in Bali organized a seminar with the theme " Pharmacist’s Communication Skills Dalam Penerapannya pada Patient Oriented ". This national seminar will be opened to students in particular pharmacy students and practitioners in the pharmaceutical field. Forward the issue of increasing communication skills as a milestone in the realization of patient-based service oriented, the goal of this activity is obviously to add insight and communication skills of pharmacists and prospective pharmacists in achieving health reform, especially the pharmaceutical field to achieve a decent respect to the commitment of pharmacists in the fight for patient safety.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema dan Subtema masing-masing Lomba

Tema Avicena Competition 2014 : “ Cosmeceutical For Beauty and Healthy Life ” Sub Tema masing-masing Lomba 1.       Esai untuk mahasiswa S1-D3 se-Indonesia Adapun sub tema yang dapat dipilih yaitu : a.   Paradigma Masyarakat Tentang Kosmetik Indonesia. b. Problematika Penggunaan Produk Kosmetik di Kalangan Masyarakat Indonesia. c. Aplikasi Pharmaceutical Care dalam Penggunaan dan Pemilihan Kosmetik. 2.       LKTI untuk SMA/SMK sederajat se-Indonesia Adapun sub tema yang dapat dipilih yaitu: a.     Herbal Cosmetic, Prevention of Poisonous Chemical Usage for Beauty . b. Terobosan Inovatif dalam Pemanfaatan Bahan Alami sebagi Produk Kosmetik. c. Terobosan Inovatif dalam Metode Konseling Cosmeceutical untuk Meningkatkan Mutu Kesehatan, Kecantikan dan Rasa Percaya Diri Masyarakat. 3.       Debat   untuk SMA/SMK sederajat se-Bali Mosi akan   diumumkan oleh panitia melalui blog setelah babak penyisihan. 4.       Mading untuk SMA/SMK sederajat

MOSI DEBAT

  Apotek online sebagai sistem teknologi informasi obat terkini.   Penggunaan hewan percobaan dalam pengembangan produk kosmetik. Pemanfaat an plasenta bayi sebagai suatu terobosan baru di bidang kesehatan. Menggeser (meminimalisir) obat branded dengan penggunaan obat generic Semakin meningkatnya kebutuhan akan obat di negara kita, kurikulum pendidikan farmasi harus disusun ke arah teknologi pembuatan obat Farmasi dalam sebuah chip (Injeksi otomatis menggunakan chip) sebagai terobosan baru dalam pengobatan. Pemanfaaatan teknologi nuklir untuk pengendalian vektor penyakit. Penemuan kloning merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan di bidang kesehatan serta untuk menciptakan manusia unggul.

Technical Meeting LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

JURUSAN FARMASI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA T echnical M eeting LOMBA KARYA TULIS ILMIAH Teknis Acara LKTI Tempat Rektorat Lantai 3 , Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Minggu, 18 September 2011 1.       Enam kelompok peserta yang telah lolos seleksi melakukan registrasi ulang dan menyerahkan ppt (dalam bentuk power point yang disave dalam ppt 2003, disimpan dalam CD dan flasdisk dengan nama file nomor pendaftaran_asal sekolah ). Registrasi berlangsung dari pukul 08.00 – 09.00 WITA . Bertempat di Gedung Rektorat. 2.       Seluruh peserta mengikuti upacara pembukaan di Gedung Rektorat Lantai 3 . 3.       Peserta LKTI tetap berada di tempat dan menunggu persiapan panitia 4.       Undian akan dilakukan secara spontan oleh panitia pada saat lomba berlangsung 5.       Peserta yang akan tampil diundi setiap akan presentasi 6.       Setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk mempresentasikan karya ilmiahnya dan 20 menit untuk tanya jawab dengan dewan